Saya akan mencoba berbagi materi Corporate Finance - Ross, 9th
Senin, 05 September 2016
Minggu, 26 Juni 2016
Sharing Rekrutmen BPS Pertamina
Sebenarnya ini pengalaman 6.5 th yang lalu, tapi semoga sharingnya bisa memotivasi pembaca yang berminat untuk mengikuti rekrutmen di PT Pertamina (Persero).
Akhir tahun 2008, saat diselenggarakan Job Fair di kampus Universitas Indonesia Depok, PT Pertamina membuka booth rekrutmen juga bersama dengan PLN, Total E&P, BRI,Mandiri, dan beberapa perusahaan besar lain. saya masih ingat, saya datang di hari terakhir Job Fair dengan asumsi bakal lebih sepi, ternyata tidak, hehehe…
Saat itu saya memang belum lulus kuliah di FE UI, jadi niatnya cuma ingin ke Booth beasiswa yang juga tersedia di Job Fair UI. Tapi melihat Booth pertamina yang penuh sesak, saya akhirnya mampir untuk melihat-lihat dan iseng-iseng nanya boleh ga kalau saya belum lulus? dan salah satu perwakilan HRD menyampaikan boleh. Tanpa basa -basi saya minta formulir pendaftaran (meski saya mendapatkan formulir foto copy an,karena form yang asli sudah sold out padahal masih jam 10an).
Setelah mengisi formulir, peserta diharuskan datang ke Balai Sidang UI untuk mengisi form online berupa nama, pendidikan terakhir, IPK dan data pribadi serta pendidikan lainnya. Sorenya saya mendapatkan sms tempat dan tanggal tes psikometri.
Dua hari berselang, saya mengikuti tes psikometri yang dilaksanakan di Gedung Sabha Widya UI. Tes Psikometri dilaksanakan menggunakan komputer. Peserta diberikan selembar kertas dan pensil untuk alat bantu hitung. Soal psikometri terdiri dari soal pilihan ganda dengan batasan waktu tertentu. Pengumuman kelulusan tahap ini dilakukan langsung berselang 20 menit setelah tes dilaksanakan. Alhamdulillah saya lulus tahap ini. Beberapa hari kemudian saya mendapatkan email berupa jadwal tes kemampuan bahasa inggris yang dilaksanakan di LIA Pramuka. Soalnya tidak jauh berbeda dengan soal tes TOEFL. Tahap ini pun berlalu dengan membahagiakan (Alhamdulillah…)
Beberapa minggu saya tidak mendengar kabar apapun dari pihak Pertamina, sampai akhirnya saya mendengar dari salah satu senior yang mengikuti tes itu bahwa saya juga dinyatakan lulus, tapi entah kenapa email dari HRD Pertamina tidak saya terima dan tidak juga di spam atau Junk mail. Akhirnya saya putuskan menghubungi pihak HRD Pertamina sesuai dengan kontak yang terdapat dalam email yang diforward oleh peserta lain.
Kalau rejeki memang tak kemana, akhirnya saya direschedule untuk mengikuti interview user, saat itu saya masuk dalam salah satu peserta untuk wawancara di Fungsi Marketing pelumas (Meskipun background saya Financial Management)..
Hari yang ditunggu pun tiba, saya datang ke Pertamina dengan berkas-berkas yang saya miliki tanpa ijazah ditangan (karena saya masih skripsi di semester 7). Didepan user, akhirnya saya baru tahu kalau harusnya saya sudah memiliki SKL/Ijazah untuk mengikuti tes BPS karena karena akan masuk ke Batch II pada April 2009 (yang memang tidak ada BPS Finance, that’s why saya masuk marketing). Ahirnya Pihak HRD menyampaikan saya diminta untuk menyampaikan ijazah/SKL sebelum April 2009.
karena jadwal ketemu dosen dan jadal sidang yang jelas tidak memungkinkan, akhirnya saya sudah tidak mengingat lagi rekrutmen BPS. Sampai pada Bulan Oktober 2009, Pihak HRD pertamina mengundang saya melalui tlp untuk mengikuti psikotes dan kemampuan teknis rekrutmen BPS Keuangan Batch IV 2009 bersama teman-teman dari FE UI. Kebetulan sebelum ujian dilakukan, saya bertemu dengan Ibu Astria dari Pihak HRD yang menangani rekrutmen pada awal 2009 lalu. saya menyampaikan bahwa saya sduah sampai di tahap wawancara user, apakah saya harus mengulang lagi tahapannya dari awal? Beruntungnya beliau masih mengingat kasus saya. Akhirnya saya tidak perlu mengikuti psikotes dan hanya mengikuti tes kemampuan teknis keuangan (karena tes ini tidak terdapat dalam rekrutmen marketing pelumas sebelumnya). Saya juga tidak perlu mengikuti tes TOEFL dan hanya menunggu informasi selanjutnya dari Pertamina. Allah Maha Baik:)
Alhamdulillah saya dipanggil untuk mengikuti wawancara user. Satu orang manager dari direktorat keuangan dan satu orang dari HRD. Pertanyaan yang masih saya ingat :
Pertanyaan Keuangan
- Apakah yang anda tahu mengenai EBITDA
- Bagaimana anda menghitung sebuah investasi menguntungkan atau tidak (NPV,IRR,Payback Period)
- Laporan keuangan yang dibuat di perusahaan (Neraca,L/R,Perubahan Modal)
- Apa yang anda tahu tentang bisnis pertamina
- Perkenalkan diri anda
- Apa kelebihan dan kekurangan anda
- APakah anda bersedia ditempatkan di pelosok
- Rencana anda dalam 5th,20th kedepan
- Apa motivasi anda melamar ke Pertamina
- Apa yang anda tahu tentang 6C?
- Pengalaman organisasi
- Apa kontribusi anda jika lulus seleksi dan diterima bekerja sebagai karyawan
So far, hanya itu yang saya ingat dari pengalaman 6.5 th lalu,hehehe..Menurut pendapat pribadi saya, wawancara user di Pertamina, lebih “job seeker friendly” dalam artian tidak terlalu teknis pertanyaanya.
Setelah wawancara user, sekitar dua minggu saya menerima email dan tlp bahwa saya lulus tahap ini dan berhak mengikuti tes kesehatan.
Tes kesehatan dilaksanakan dari pagi sampai siang di Bagian Medical Check Up Poliklinik Pertamina Gambir. Tesnya meliputi mata, audiometri, rekam jantung, tes kesehatan dasar termasuk ambeien, tes darah, urin dan feses (dibawa dari rumah), USG, dan diakhiri lari 1.6 km di lapangan banteng siang bolong:)
Alhamdulillah dari tes kesehatan ini ada 6 peserta yang dinyatakan lolos untuk mengikuti Final interview dengan direktur keuangan dan 2 deputi direktur/SVP. Pengumumannya agak mengagetkan karena saya menerima tlp pada siang hari dimana pihak pertamina memberikan jadwal esok hari pada Pkl.17.00 dan saya tidak boleh mundur jika saya dinyatakan diterima.
Esok harinya saya datang ke interview sebagai peserta terakhir. Interview berlangsung seru, karena pertanyaan yang diberikan oleh Direktur dan SVP berupa studi kasus jika saya jadi anak tukang mie ayam yang akan investasi, hehehehe….so far beliau-beliay ( Ibu Evita tagor, Bpk Burhanuddin, dan Pak Frederik) sangat paham kalau kita nervous berhadapan dengan mereka, jadi mereka membuat joke2 sebagai pancingan menjawab pertanyaan mereka.
Keluar dari ruang interview, kami 6 orang peserta menunggu dan sekitar dua puluh menit kemudian kami dinyatakan diterima dan menandatangani ikatan dinas selama 5 th. Interview selesai Pkl. 19.30 dan besok paginya kami sudah stand by di Pertamina Learning Center Pkl.06.00 dengan beberapa perlengkapan yang belum tersedia,hahahaha..
Kalau memang rejeki memang tidak akan tertukar meski jalannya harus berputar-putar:)
Begitu Maha Baik-nya Allah dalam setiap langkah perjalanan saya.
Rabu, 22 Juni 2016
SERTIFIKASI CPMA
Hai...
Lewat tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman mengikuti Ujian Sertifikasi CPMA, meski agak telat postingnya semoga masih bisa bermanfaat :)
Pada Periode November 2014, saya berkesempatan mengikuti ujian sertifikasi akuntansi manajemen (Certified Professional Management Accountant) yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Ujian Sertifikasi CPMA dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari akuntansi manajemen serta membuat akuntansi manajemen menjadi disiplin ilmu yang diakui & profesional.
Dengan mendapatkan sertifikasi ini, maka sesorang dapat diakui kompetensi & kemahirannya dalam bidang akuntansi manajemen. syarat mengikuti ujian CPMA sebagai berikut :
- Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi / D4 Akuntansi + pengalaman 1 tahun di bidang akuntansi dan / atau keuangan.
- Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntasi / D3 Akuntansi + Pengalaman 8 tahun dibidang akuntansi dan / atau keuangan
- Sarjana non-akuntansi + pengalaman 2 tahun di bidang akuntansi dan / atau keuangan
- Bagi peserta yang belum mempunyai pengalaman kerja diperbolehkan untuk mengikuti Ujian CPMA, namun sertifikat CPMA baru akan diberikan setelah lulus Ujian CPMA dan memenuhi persyaratan pengalaman kerja
Topik yang akan diujikan adalah :
- Fundamental Bisnis
- Akuntansi Manajemen & Pelaporan Keuangan (AMPK)
- Manajemen Strategik (MS)
- Corporate Governance & Manajemen Risiko (CGMR)
Ujian ini dilaksanakan sebanyak dua kali setiap tahun, pada periode Mei dan November. Pada Februari 2015, saya dinyatakan lulus menyandang gelar sertifikasi CPMA.
Honestly, saya mempersiapkan ujian hanya kurang dari dua minggu (Tidak disarankan ikutan grasak-grusuk ya..., karena hasil tidak akan menghianati proses,hehe..). Kenapa dua minggu? karena saya baru tahu jadwal ujian terdekatnya 2 minggu sebelum ujian. Disela kejenuhan dunia reporting, saya akhirnya memutuskan ikut ujian CPMA untuk sejenak keluar dari comfort zone dan membahagiakan diri sendiri, What..?! yaaa, keluar dari comfort zone karena saya mengikuti ujian ini "voluntary" tanpa perintah dari kantor dan membahagiakan diri sendiri karena comfort zone sering membuat kita stuck dan tidak menyadari dunia luar berkembang ketika kita sudah terlalu nyaman, jadi adrenalin untuk mengejar sesuatu diluar comfort zone itu membahagiakan diri,hehehe :)
Selama Dua Minggu setelah mendaftarkan diri, mulailah masa persiapan materi sesuai silabus ujian (Tersedia Link di website IAMI). Karena banyaknya modul dan materi yang harus dikuasai after office hour.
Ujian diselenggarakan secara tertulis dalam bentuk Pilihan Ganda dan Esai (Untuk mata ujian AMPK terdapat ujian esai). Dalam penilaian tidak diterapkan nilai minus untuk jawaban yang salah. Peserta dinyatakan lulus apabila mendapatkan nilai minimal C (nilai 70) untuk seluruh mata ujian. Saya memang tidak mengikuti preparation ujian CPMA karena memang menurut saya materinya masih bisa "dicerna" tanpa ikut preparation. Tapi jika memang ada peserta yang ingin mengikuti preparation, bisa melalui PPA UI.
Salah satu keberuntungan saya adalah saya mendapatkan materi ujian dari salah satu senior yang telah lulus sebelumnya dan juga membeli buku materi dari PPA UI. Informasi pendaftaran dapat diakses melalui link berikut : SERTIFIKASI CPMA
Ujian akan dilaksanakan selama dua hari. Berdasarkan pengalaman sitting ujian CPMA, prepare semaksimal mungkin, terutama topik GCG, Risk Management, Information system dan Latihan soal untuk hitungan AMPK.
Karena kalau ingat ujian GCG seperti sedang ujian PPKN saat disekolah, mostly empat jawaban A-D mendekati benar, tapi ada yang paling benar,hehehe...sedangkan untuk Risk Management dan Information system banyak istilah-istilah yang harus dipahami agar tidak tertukar saat menjawab soal. Untuk AMPK, jangan lupa prepare latihan hitungan.
Semoga sharingnya bermanfaat karena so far silabusnya belum mengalami perubahan dibandingkan dengan 2014,tapi saran saya rekan-rekan harus tetap update dengan aktif mencari informasi apakah ada tambahan materi. Good Luck...
Minggu, 12 Juni 2016
Sharing : Tes TPA OTO Bappenas
Tes Potensi Akademik menjadi salah satu persyaratan melanjutkan jenjang pendidikan pasca sarjana dan rekrutmen kerja . Buku maupun contoh soal online Tes TPA pun juga sudah banyak ditemui dengan mudah. Akan tetapi belajar buku soal tes TPA maupun latihan online, tidak selamanya menjamin hasil yang memuaskan saat di "medan perang", hehehe
Pengalaman pertama saya mengikuti tes TPA Bappenas sebenarnya dimulai saat mengikuti Rekrutmen sebuah Perusahaan Oil & Gas Asing. Jumlah peserta yang mengikuti tes potensi akademik lebih dari 200 orang dari beberapa universitas ternama baik lulusan sarjana maupun pascasarjana. Saat mengikuti TPA pertama kali belum terbayang bahwa akhirnya dari 200 orang, hanya akan tersisa tidak lebih dari 15 orang yang memiliki skor diatas 550 orang untuk melanjutkan tahap rekrutmen selanjutnya. Alhamdulillah saya menjadi satu dari 15 orang yang beruntung tersebut...( meski akhirnya proses rekrutmen tidak saya lanjutkan setelah dua kali interview user karena saya lebih dulu diterima di sebuah BUMN oil & gas, Thank Allah..)
Berada di comfort zone selama 5 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti Tes TPA (sejujurnya tanpa alasan yang jelas saat mendaftar, akan tetapi pada akhirnya digunakan untuk pendaftaran program beasiswa pasca sarjana). Skor yang diperlukan untuk persyaratan pasca sarjana beberapa universitas adalah 500-550. Sedangkan untuk program doktoral adalah 550-600.
Untuk proses pendaftarannya, saya mengirimkan scan Ijazah,KTP, foto dan bukti transfer (Rp.325.000) via email. Untuk jadwal dan proses pendaftaran bisa dilihat pada link berikut : http://koperasi.bappenas.go.id/uuopt/
Untuk proses pendaftarannya, saya mengirimkan scan Ijazah,KTP, foto dan bukti transfer (Rp.325.000) via email. Untuk jadwal dan proses pendaftaran bisa dilihat pada link berikut : http://koperasi.bappenas.go.id/uuopt/
Untuk mengikuti tes TPA, kita akan dihadapkan pada tiga garis besar soal yaitu :
- Verbal : kita akan dihadapkan pada soal sinonim, antonim, padanan kata, dan kosa-kata yang tidak umum dipergunakan.
- Numerik : Kita akan dihadapkan pada soal matematika seperti deret, soal cerita, dll
- Logika Penalaran : Kita akan dihadapkan pada soal pengkodean, visual/gambar, dan penalaran
Based on pengalaman jadi saya lebih dulu melakukan mapping subtes yang kurang saya kuasai. Inilah dimana kita menyadari kelebihan dan kekurangan serta subtes yang harus kita maksimalkan dan yang mana yang belum dikuasai.
Mostly,soal TPA Bappenas mungkin terlihat lebih sulit dari buku-buku latihan yang kita pelahari, tapi disinilah ketenangan, fokus, konsentrasi, dan pastinya doa berperan penting kalau ingin sukses dimedan perang :)
Itulah kenapa kondisi fisik yang fit dan pastinya doa kita perlukan. Pastikan istirahat yang cukup dan persiapkan mempelajari jauh hari ( Bukan SKS ya..). Karena berdasarkan pengalaman, H-1 kita harusnya sudah melepas buku latihan dan saatnya menenangkan diri dengan doa dan "me time" untuk hasil yang maksimal.
Alhamdulillah untuk kesempatan kedua tersebut skor 652, 03 tertulis dilembar skor TPA yang saya ambil 2-3 minggu kemudian .
Kamis, 09 Juni 2016
Book Review : Blue Ocean Strategy by W.Chan Kim & Renee Mauborgne
This Book is one of The Ibnu Sutowo library's collection . I was presented this book review at our english forum session. Blue Ocean Strategy is a book published in 2005 and written by W. Chan Kim and Renée Mauborgne, professors at INSEAD and co-directors of the INSEAD Blue Ocean Strategy Institute. Based on a study of 150 strategic moves spanning more than a hundred years and thirty industries, Kim & Mauborgne argue that companies can succeed not by battling competitors, but rather by creating ″blue oceans″ of uncontested market space.
Since Blue Ocean Strategy was published in 2005 it has been translated into 43 languages and has sold over 3.5 million copies.
Blue ocean strategy focuses on the ability to create new market space where there is no competition and where the demand for the services becomes uncontested.
Blue oceans are defined by untapped market space, demand creation, and the opportunity for highly profitable growth. Although some blue oceans are created well beyond existing industry boundaries, most are created from within red oceans by expanding existing industry boundaries. In blue oceans, competition is irrelevant because the rules of the game are waiting to be set. Red oceans represent all of the industries in existence today. We can summarized Red ocean vs blue ocean strategy using this table :
The blue ocean strategy is best illustrated by the performance of Cirque du Soleil. Cirque du Soleil (pronounced: [siʁk dy sɔ.lɛj], "Circus of the Sun") is a Canadian entertainment company. It is the largest theatrical producer in the world. Based in Montreal, Quebec, Canada, and located in the inner-city area of Saint-Michel, it was founded in Baie-Saint-Paul in 1984 by two former street performers, Guy Laliberté and Gilles Ste-Croix. Cirque du Soleil expanded rapidly through the 1990s and 2000s, going from one show to 19 shows in over 271 cities on every continent except Antarctica. The shows employ approximately 4,000 people from over 40 countries and generate an estimated annual revenue exceeding US$810 million. The multiple permanent Las Vegas shows alone play to more than 9,000 people a night, 5% of the city's visitors, adding to the 90 million people who have experienced Cirque du Soleil's shows worldwide.
What makes this rapid growth all the more remarkable is that it was not achieved in an attractive industry,but rather, in an industry with declining revenue for potential growth.
Cirque du Soleil’s success was not attained by taking customers from the already shrinking circus industry (which had historically catered to children) but instead, they were successful because they created a new marketplace in which to compete. Their offering appealed to a whole new group of customers – namely, adults and corporate clients that were prepared to pay a price several times as great as traditional circuses for an unprecedented entertainment experience.
Cirque du Soleil succeeded because it realized that to win in the future, companies must stop competing with each other. The only way to beat the competition is to stop trying to beat the competition on the current playing field.
What consistently separated winners from losers in creating blue oceans was their approach to strategy. The companies caught in the red ocean followed a conventional approach, racing to beat the competition by building a defensible position within the existing industry.
The creators of blue oceans, surprisingly, didn’t use the competition as their benchmark. Instead, they followed a different strategic logic that is called ‘Value Innovation.’ Value Innovation is the cornerstone of blue ocean strategy. We call it Value Innovation because instead of focusing on beating the competition, you focus on making the competition irrelevant by creating a leap in value for buyers and your company, thereby opening up new and uncontested market space.
Reconstruct Buyer Value
To reconstruct buyer value elements in crafting a new value curve, there are four actions that must be taken:
- Which of the factors that the industry takes for granted should be eliminated?
- Which factors should be reduced well below the industry standard?
- Which factors should be raised well above the industry standard?
- Which factors should be created that the industry has never offered?
The Right Strategic Sequence
As shown in the diagram below, companies need to build their blue ocean strategy in the sequence of
buyer utility, price, cost and adoption.
- The starting point is buyer utility. Does your offering unlock exceptional utility? Is there a compelling reason for the mass of people to buy it?
- Is your offering priced to attract the mass of target buyers so that they have a compelling ability to pay for your offering?
- Can you produce your offering at the target price and still earn a healthy profit margin? Can you profit at the strategic price – the price easily accessible to the mass of target buyers?
- What are the adoption hurdles in rolling out your idea?
In Indonesia, there are some example of company and business implemented a blue ocean strategy :
- PT Pertamina ( Persero) with Pertalite idea : Pertalite is a product with a specification between Pertamax and Premium
- PT Lion Air with an idea to make everyone can fly with a low fare price
Reference :
http://www.blueoceanstrategy.com/
Senin, 22 Februari 2016
Catatan Pagi : "KITA"
Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak membutuhkan itu, dan yang membencimu tidak percaya itu ( Ali Bin Abi Thalib)
“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetapi kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.” ( Tere Liye)
Langganan:
Postingan (Atom)